ANALISIS NILAI SATUAN BIAYA JASA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

  • I Gusti Agung Istri Mas Pertiwi Politeknik Negeri Bali
  • I Made Sudiarsa Politeknik Negeri Bali
  • Ketut Wiwin Andayani Politeknik Negeri Bali
  • Ni Wayan Sri Kristinayanti Politeknik Negeri Bali

Abstract

Kajian global kondisi air di dunia yang disampaikan pada World Water Forum II di Denhaag tahun
2000, memproyeksikan bahwa pada tahun 2025 akan terjadi krisis air di beberapa negara. Meskipun Indonesia termasuk 10 negara kaya air namun krisis air diperkirakan juga akan terjadi, sebagai akibat dari kesalahan pengelolaan air. Masalah air di Indonesia ditandai juga dengan kondisi lingkungan yang makin tidak kondusif sehingga makin mempercepat kelangkaan air. Kerusakan lingkungan antara lain disebabkan oleh terjadinya degradasi daya dukung daerah aliran sungai (DAS) hulu akibat kerusakan hutan yang tak terkendali. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan air dan terjadinya kelangkaan ketersediaan air, orang mulai terpancing untuk berpikir dan memandang air sebagai barang ekonomi (economic goods). Seperti yang tercantum dalam Dublin Priciples (1992) “Air memiliki nilai ekonomi di setiap kepentingan penggunaannya dan seharusnya dianggap sebagai barang ekonomi”. Kelangkaan air dianggap sebagai peluang ekonomi.


Dalam memproduksi air bersih ada beberapa biaya usaha yang dikeluarkan yakni biaya investasi, biaya
tetap dan biaya variabel. Biaya investasi merupakan segala modal yang dikeluarkan untuk perolehan atau
pembangunan sarana untuk memproduksi air bersih. Biaya usaha adalah total biaya untuk menghasilkan air minum yang mencakup biaya sumber air, biaya pengolahan, biaya transmisi dan distribusi, biaya kemitraan, biaya umum dan administrasi. Sedangkan biaya dasar adalah biaya usaha dibagi volume air terproduksi dikurangi volume kehilangan air. Perhitungan nilai satuan yaitu dengan mengalikan total biaya dengan prosentase Nilai Manfaat Ekonomi (NME) yaitu suatu manfaat yang diperoleh dari penggunaan air di wilayah sungai untuk berbagai kepentingan dan membaginya dengan volume air yang digunakan.



Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh Nilai Satuan BJPSDA untuk masing-masing DAS dengan
kisaran harga seperti berikut: Nilai Satuan BJPSDA Pertanian masing-masing DAS; DAS Badung = Rp
529.808,50 – Rp 688.129,79/Ha, DAS Ayung = Rp 1.088.972,82 – Rp 1.440.906.79/Ha, DAS Yeh Ho = Rp
289.207,09 – Rp 383.382,39/Ha. Nilai Satuan BJPSDA PDAM masing-masing DAS; DAS Badung = Rp 126,51
– Rp 138,34/m3, DAS Ayung = Rp 260,04 – Rp 289,68/m3, DAS Yeh Ho = Rp 24,52 – Rp 27,37/m3. Nilai
Satuan BJPSDA Industri masing-masing DAS; DAS Badung = Rp 0,57 – Rp 0,64/m3, DAS Ayung = Rp 9,96 –
Rp 11,33/m3, DAS Yeh Ho = Rp 1,69 – Rp 1,82/m3

Downloads

Download data is not yet available.
Published
Feb 15, 2017
How to Cite
PERTIWI, I Gusti Agung Istri Mas et al. ANALISIS NILAI SATUAN BIAYA JASA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR. Matrix : Jurnal Manajemen Teknologi dan Informatika, [S.l.], v. 5, n. 2, p. 22, feb. 2017. ISSN 2580-5630. Available at: <https://ojs.pnb.ac.id/index.php/matrix/article/view/88>. Date accessed: 20 apr. 2024.