PEMAKNAAN TANDA RUANG PUBLIK PADA PAPAN PERINGATAN DI NUSA PENIDA BALI

Abstract

Penelitian ini bertujuan 1) menunjukkan tipografi dan bahasa yang paling banyak digunakan sebagai tanda ruang publik pada papan peringatan di Nusa Penida; 2) mendeskripsikan makna pada papan peringatan secara tipologis dan secara lingual dan non-lingual; dan 3) mendeskripsikan fungsi informasional dan fungsi simbolis pada papan peringatan. Data penelitian berupa papan peringatan sebagai teks tertulis diambil dan dikumpulkan dalam bentuk foto dari berbagai tempat wisata berbeda di Nusa Penida, seperti Broken Beach, Crystal Bay Beach, dan Kelingking Beach. Data yang telah terkumpul diolah dengan metode observasi dan teknik simak. Data penelitian dianalisis dengan pendekatan teoritis berdasarkan 1) segi tipografi menurut Curtin (2015) dan Manan et al. (2015), 2) segi lingual dan segi non-lingual berdasarkan teori Semiotika Sussure, dan 3) teori Linguistik Lanskap oleh Landry dan Bourhis (1997). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) tipografi yang digunakan didominasi pada aksara Latin dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Ada juga penggunaan aksara Cina dan bahasa Cina meskipun minim. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan lebih banyak secara bilingual dan hanya satu yang secara multilingual; 2) Bila dikaji secara lingual (semantik) dan nonlingual (pragmatik), kata yang digunakan didominasi dengan penggunaan kata bahasa Inggris, yaitu warning, danger, dan no yang bermakna larangan, sedangkan secara non-lingual merupakan larangan dari pihak pengelola (pemda & kepolisian) bagi turis domestik dan turis asing; 3) Bila dikaji berdasarkan fungsi informasional dan fungsi simbolis, maka secara informasional, papan peringatan tersebut memberikan informasi mengenai peringatan larangan berenang, larangan berdiri di tebing, larangan beraktifitas sendirian, dan larangan buang sampah, sedangkan secara simbolis, papan peringatan tersebut memiliki identitas internasional, relasi budaya Bali, relasi kuasa politik, dan ekonomi